Theranos, sebuah startup yang berusaha menghadirkan revolusi dalam dunia laboratorium klinik terpaksa harus mengakhiri perjalanannya lewat sebuah surat yang dikeluarkan oleh sang CEO, Elizabeth Holmes. Sebagai seorang yang menggeluti bidang laboratorium klinik, kehadiran Theranos merupakan kabar gembira. Solusi yang dihadirkan oleh Theranos dengan perangkat Edison tak hanya menguntungkan bagi penyedia layanan pemeriksaan laboratorium klinik tetapi juga kepada pasien.
Perangkat Edison oleh Theranos dapat memeriksa beragam test laboratorium hanya dengan sedikit sampel darah dari ujung jari. Pasien senang, tidak perlu diambil darah vena which is perlu bermacam tabung apabila pemeriksaan yang diperlukan banyak. Laboratorium klinik pun juga gembira karena dapat menghemat bahan pendukung serta menekan harga pemeriksaan. Sebuah win-win solution sebenarnya.
Apa yang diraih oleh Theranos merupakan utopia setidaknya untuk sekarang ini menurut saya. Teknologi yang ada belum mampu untuk melakukan pemeriksaan dengan ragam test yang banyak dari sedikit sampel. Alat otomasi saja butuh minimal 0.5ml serum untuk 10 test. 0.5 ml serum dihasilkan dari 1.5ml darah vena. Itu baru dari segi sampel yang dibutuhkan, belum reagen dan bahan pembantu lainnya.
Saya pernah menuliskan beberapa pertanyaan mengenai Theranos di Medium. Salah satu pertanyaan terbesar yang mungkin juga dicari oleh para pekerja di bidang laboratorium klinik adalah publikasi atau jurnal mengenai alat Edison yang mereka gunakan. Sampai sekarang, saya belum menemukan jurnal ataupun publikasi mengenai metode atau bagaimana cara kerja dari alat Edison.
2016 merupakan tahun yang berat untuk Theranos. Mereka melakukan recall terhadap hasil test selama 2 tahun, mendapat sanksi dari CMS, hingga sebuah pengakuan dari sang pendiri bahwa teknologi yang dimilikinya adalah sebuah fraud. Pada akhirnya, Theranos memilih untuk menutup bisnisnya yang dikabarkan pernah mencapai valuasi $9 milyar.